Tas Style Ala Saya

Mungkin dibandingkan wanita pada umumnya yang gemar belanja, Saya termasuk yang agak jarang dan cenderung cuek dengan penampilan. Tapi sekalinya belanja, harga barang yang Saya beli lumayan menguras rekening juga sih (baca:rekening suami), hihi. Contohnya ketika berbelanja tas, tas dowa berwarna merah-kuning cokelat dibeli Oktober tahun lalu ketika sedang pergi ke Jogja untuk keperluan konferensi. Barulah satu tahun kemudian, Saya kembali membeli tas merk idaman Saya yaitu kipling yang sudah lama Saya incar tapi belum nemu model yang pas sesuai selera dan style Saya. Soal kualitas jangan ditanya, ada harga ada kualitas. 

Tas dowa yang sudah berumur setahun dengan jam terbang super tinggi tidak menunjukkan banyak perubahan, masih sama seperti saat baru dibeli. Itulah sebabnya mengapa Saya rela jarang belanja, ya karena barang yang dipunya juga masih bagus dan Saya tidak butuh-butuh amat beli yang baru. Ketika kemudian Saya punya tas yang baru padahal tas lama belum rusak, juga karena Suami yang menawarinya (tanpa dikode apalagi diminta)..  See, wanita mana yang sanggup menolak diberi hadiah? 😁. Dari artikel yang Saya baca, laki-laki juga butuh merasa bangga bisa membahagiakan wanitanya. Seperti slogan kipling berikut… “make happy”. Thank You My Yellow, I am happy and love You more :).

7-8 Ramadhan 1437 H

Masih berkutat dengan nilai mahasiswa, ditambah kesibukan baru menambahkan dasar teori untuk disertasi. Hari Jumat lalu, Saya dijemput Bang Eki dan keluarga kecilnya juga Mama ke kebun binatang. Sebentar saja di sana, lalu Saya diantar ke toko buku untuk membeli sebuah buku kemudian pulang ke UPI dengan angkot. Sedianya, hari ini Saya bertemu promotor untuk berdiskusi tentang textbook yang didapat, namun Beliau ada keperluan harus pulang lebih cepat.

Baru selesai satu rekapitulasi nilai dari tiga kelas yang harus diselesaikan. Saya refreshing dulu lihat-lihat menu masakan. Kebetulan di rumah ada dendeng, bisa coba resep ini nanti http://resepindonesia.net/resep-soto-padang/ :).

Semur Daging

Menu masakan satu ini sangat mudah dijumpai karena tergolong masakan rumah tangga. Namun, dari banyak variasi rasa, semur daging buatan Mama Saya yang paling maknyuz dan bikin terngiang-ngiang. Berikut tahap-tahapnya:
1. Rebus daging sampai mulai empuk. Masukkan potongan kentang hingga hampir empuk bersamaan.
2. Sambil menunggu rebusan, siapkan bumbu halus (diblender) yaitu bawang merah, bawang putih, sedikit jahe & kencur, kemiri, merica.
3. Tumis bawang merah (untuk menambah aroma), sebagian pisahkan untuk ditabur di akhir. Masukkan bawang halus dan tumis bersama. Tambahkan air kaldu rebusan daging.
4. Masukkan air asam jawa yang tidak cepat basi dan lebih menyerap dibandingkan tomat. Masukkan daging dan kentang.
5. Tambahkan gula dan garam. Masak hingga matang.
6. Semur daging siap dihindangkan. Taburkan bawang goreng dan santap selagi hangat.

Tumis Buncis dan Telur Balado

Resep kali ini Saya dapatkan dari Mama Cino, mama dari uni Sintha dan mertua dari Bang Fikri abang ipar Saya. Ceritanya Kami berkunjung ke Padalarang untuk menjenguk Uni yang sudah mulai cuti melahirkan. Di hari tersebut ternyata ada keluarga Mama Cino yang meninggal dunia sehingga Mama Cino masak dalam jumlah besar untuk keluarga yang datang. Alhasil, Kami pun dibawakan makanan untuk makan malam bahkan cukup sampai esok harinya (ga perlu masak). Menunya sederhana, tapi rasanya sangat familiar karena menu rumahan yang tentu bikin kangen.

Telur Balado:
1.Rebus telur, kemudian kupas.
2. Goreng telur sampai kulitnya agak kecoklatan.
3. Blender cabe keriting, bawang merah, bawang putih, dan sedikit kemiri.
4. Tumis bumbu halus dan tambahkan lengkuas, daun salam, dan daun serai.
5. Masukkan telur dan aduk hingga rata dan matang sempurna.

Tumis buncis:
1. Rebus daging yang dipotong dadu.
2. Tumis bawang merah, bawang putih, irisan cabe merah dan cabe hijau.
3. Masukkan lengkuas, daun salam, dan daun serai yang digeprek.
4. Masukkan daging dan air kaldu.
5. Masukkan buncis.
6. Tambahkan gula, garam, dan kecap.
7. Setelah matang sempurna, tumis buncis siap dihidangkan.

image

Sempurna=Lengkap?

Manusiawi apabila selalu ada rasa kurang dalam hidup kita, apalagi jika sudah membandingkan dengan hidup orang lain. Lebih dahsyat lagi apabila orang lain ini adalah mereka yang kita kenal, dan menurut kita hidupnya ‘terlihat’ sempurna. Astagfirullahaladzim. Semoga Saya dijauhkan dari penyakit hati seperti ini.

Dalam posting kali ini Saya ingin berfokus pada kalimat pertama saja, tentang rasa kurang sempurna yang bersumber pada rasa kurang lengkap. Misal, karena hari sudah memasuki musim hujan, dan Kami baru memiliki motor sebagai kendaraan sehingga akan lebih lengkap jika memiliki mobil yang dapat mengantar saat panas maupun hujan. Tapi Saya tidak yakin rasa sempurna itu akan bertahan lama. Saya akan kembali merasa ada yang kurang sehingga hidup Saya lagi-lagi terasa kurang sempurna.

Sama halnya ketika Saya terdoktrin pikiran bahwa kehadiran buah hati akan membuat keluarga kecil kita menjadi lengkap, sehingga sempurnalah hidup kita. Tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut menjadi salah satu tujuan besar dalam sebuah pernikahan. Nyatanya tak semudah itu Allah mengabullan niat ini di rumah tangga Kami. Infeksi tokso membuat harapan Saya semakin terulur. Berdalih Saya akan fokus ke studi pun sempat Saya jalani walau ujung-ujungnya, ketakutan tetap menghantui pikiran Saya. Minggu ini saja waktu Saya banyak habis untuk browsing mencari ilmu tentang parasit ini, bagaimana pengobatannya, berapa lama? Tak dinyana Saya terkuasai pikiran sendiri padahal Allah Maha Segalanya. Cukup ikhtiar dan berdoa, kemudia lanjutkan segala amanah Saya dengan baik.

Seperti diberi petunjuk untuk meluruskan kembali jalan pikiran Saya, Saya tidak sengaja menemukan foto teman SMA dengan anaknya yang sudah usia TK. Teman Saya itu sekarang sudah menjelma menjadi wanita dewasa yang sangat cantik, terlihat berbeda dan justru semakin cantik setelah menjadi Ibu. Sedang asyik menulusuri foto-fotonya (kebanyakan foto berdua dengan anaknya dan foto dengan suaminya saat sedang hamil) karena sudah lama tidak melihatnya sampai pada suatu posting yang mengabarkan bahwa ternyata Suaminya telah meninggal dunia beberapa bulan setelah ia melahirkan. Innalillahi, Saya pun entah mengapa sangat terbawa perasaan sedih mengetahuinya. Ini sudah kedua kalinya Saya mendapat kabar demikian. Teman smp di Indramayu pun suaminya meninggal karena sakit saat bayinya masih berusia beberapa bulan. Banyak juga yang sudah berpisah dari suaminya dan harus membesarkan anaknya sebagai single parent di usia yang sangat muda.

Ya Allah, maafkan hamba yang tidak pernah bersyukur. Ternyata lengkap itu tidak selalu sempurna, hanya masalah sudut pandang dan constraint yang kita tentukan sendiri. Saya pun mulai membalik cara berpikir Saya, bahwa hidup Saya sudah sangat sempurna, sehingga Saya harus bisa berbuat banyak tidak lagi melulu untuk diri Saya melainkan untuk sebanyak-banyaknya manfaat untuk sekitar. Dengan demikian Saya akan merasa lengkap. Kalaupun dibuat semakin lengkap akan menambah rasa syukur, bukan surut dan mengharap yang lebih besar lagi. Rupanya demikian hidup. Pasang surut iman harus dikendalikan agar selalu terpaut pada Sang Pencipta, Allah Yaa Rabb.

Fight 2016

Bismillah. Insyaallah tahun ini Saya nisbatkan sebagai tahun perjuangan. Hal-hal baik yang sudah diperjuangkan di tahun sebelumnya, akan Saya lanjutkan dengan lebih bersemangat karena memang beberapa diantaranya harus terwujud tahun ini. Semoga Allah ridho dan memudahkan segala perjuangan ini. Salam semangat dari Padang, Sumatera Barat.

10424453_438641916329168_88320905_n(1)

The Gateway of IORA Padang, 31 Desember 2015

Hari Pertama

Hari ini hari pertama di bulan ini tamu bulanan Saya datang dari jadwalnya yang telat satu minggu lebih. Sebelum geer, Saya sudah tes tepat di hari yang seharusnya si tamu datang (biasanya cenderung maju) untuk menyiapkan kondisi jika memang positif, mengingat Saya dan suami akan melakukan perjalanan jauh menghabiskan libur akhir tahun Kami. TMeskipun saat itu hasilnya negatif, tapi tetap saja ya, begitu si tamu bulanan tak kunjung tiba dan semua pertanda memang ada, hati siapa yang tidak berharap bahwa amanah itu akan datang kembali. Ternyata memang belum rezeki. Hari ini sakit perutnya menjadi lebih jelas sebabnya. Hikmahnya, tadi sore Saya bisa makan es durian dan suhu tubuh kembali normal.

Kadang dalam doa Saya bertanya pada Allah, egoiskah Saya jika meminta segala hal tentang kesempurnaan hidup pada-Nya? Di saat telah banyak yang Allah karuniakan pada Saya, lebih dari yang Saya pinta, Saya masih juga meminta hal lainnya. Sungguh Allah Maha Kaya, dan senang mendengar doa hamba-Nya. Itu keyakinan Saya. Hanya saja untuk kali ini, ketika berdoa pun Saya masih diliputi keraguan dan Saya tidak mengerti apa yang Saya inginkan. Mengapa Saya begitu egois menginginkan semuanya. Ingin segera lulus sekolah, tapi juga ingin segera memiliki keturunan. Dua keinginan besar yang tidak Saya mengerti, mana yang lebih dahulu baik bagi Saya. Lulus sekolah memang harus, apalagi masa studi Saya akan segera berakhir. Memiliki keturunan juga penting, mengingat usia Saya terus bertambah dan mempengaruhi psikologis Saya dan secara tidak langsung juga mempengaruhi konsentrasi dalam belajar dan bekerja. Hingga pada akhirnya, kini Saya menjadi lebih pasrah dalam berdoa, meminta kejernihan pikiran dalam menghadapi apa yang ada saat ini, syukur yang tiada putus atas keluarga, cinta, rezeki, pekerjaan, kesempatan-kesempatan baik yang Saya peroleh, dan meminta dijauhkan dari hal-hal yang dapat merusak pikiran  dan hati. Tentu banyak yang memiliki pengalaman dan perasaan serupa seperti yang Saya alami. Dan masing-masing punya cara bagaimana mengatasinya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Wisata Pesisir Selatan Sumatera Barat

Melalui akun instagram Saya @ni_megasa, Saya mempunyai hobi baru mengunggah foto-foto perjalanan Saya dan Suami. Mengapa foto perjalanan? karena dari tempat-tempat indah inilah Saya akan selalu diingatkan untuk senantiasa bersyukur pernah mengunjunginya. Kesempatan umur, rezeki, dan kesehatan untuk bisa sampai di sana adalah anugerah Allah swt. yang sangat berharga dan harus disyukuri. Dan mengapa foto bersama suami? Karena di sanalah letak spesialnya. Sedih saat tak ada teman untuk berbagi kesedihan mungkin hal yang dapat membuat kita merana. Tapi tahukah bahwa sebenarnya yang membuat kita lebih merana adalah saat tak ada teman untuk kita berbagi kebahagiaan. Sejatinya akan selalu ada orang untuk dibahagiakan, dimulai dari pasangan kita sendiri (untuk yang sudah menikah tentunya). Berikut update terbaru perjalanan akhir tahun 2015 ke Pesisir Selatan Sumetera Barat.

Bukit Langkisau, Jembatan Akar, Pantai Carocok Painan

Pantai Carocok Painan, Jembatan Akar, Bukit Langkisau

Alhamdulillah, nikmat Allah sungguh luar biasa bisa menikmati keindahan ciptaan-Nya bersama orang-orang tercinta.

Diskusi dengan Papa Mertua

Beruntunglah Saya memiliki mertua yang memberi Saya sangat banyak masukan dan pengalaman hidup untuk bekal Saya dan Suami mengarungi hidup, khususnya papa mertua Saya karena dengan Beliaulah Saya banyak berdiskusi. FYI papa mertua sudah pensiun, sehingga punya banyak waktu untuk Saya ajak ngobrol. Pada tulisan ini Saya ingin menyimpulkan beberapa hal menarik dari diskusi Kami semalam sembari menunggu Suami mengantar Mama mertua berbelanja.

  1. Jika suatu hari nanti Saya dihadapkan pada kemungkaran, maka hendaknya Saya mampu bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan. Sesuai dengan hadis, cegahlah kemungkaran dengan tanganmu (power, kekuasaan), atau jika tidak mampu maka lakukan dengan lisanmu (nasehat, saran), atau hatimu. Hadis ini mengingatkan kita untuk menjauh dari perbuatan mungkar walau dengan selemah-lemahnya iman, yaitu dengan membenci kemungkaran dalam hati, bukan jadi pengikut atau tim sukses kemungkaran. Lebih baik keluar dari lingkaran hitam jika pimpinan mengajak pada kemungkaran.
  2. Kebijaksanaan juga memiliki makna bahwa segala tindakan kita harus dipikirkan masak-masak alias berstrategi. Pernah dengar anjuran mendidik anak dengan menghindari kata JANGAN? Selama beberapa periode anjuran ini seolah mencerahkan pikiran khalayak masyarakat khususnya para orangtua yang memiliki anak di usia golden age.  Contoh, ‘Jangan lari-lari di depan orangtua, tidak sopan’ diganti dengan ‘Jalan perlahan di depan orangtua ya’. Sampai pada suatu hari Saya menemukan artikel yang membantahnya dengan dengan sudut pandang Islam. Di Islam, kata jangan itu ada, yaitu La. Kata ini bersifat tegas, membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dengan efisien. Mungkin ada benarnya anjuran sebelumnya jika ditinjau secara psikologis, namun artikel yang beredar seolah menutup mata kita dengan segala kebaikannya terhadap anjuran agama kita. Jangan mentah-mentah menerima ilmu baru, yang paling utama kita serap adalah jika berlandaskan Al Quran dan hadis. Pertanyaan Saya, mengapa artikel kedua ini baru muncul belakangan? Menurut Saya penulis sangat bijak mencari waktu meluruskan kembali pandangan masyarakat setelah pikiran masyarakat sudah cukup netral untuk diberi ilmu dari sisi yang lain. Bayangkan, jika pada saat bersamaan teori berbasis psikologi manusia tersebut dibantah dari sudut pandang Islam, bisa jadi orang yang terlanjur terpikat pada paham pertama akan ‘tidak sadar’ menolak kebenaran Islam. Begitupun dengan hal lain, keras dibalas keras mengakibatkan salah satu akan patah atau keduanya patah. Jadilah yang fleksibel untuk menghasilkan kebaikan.
  3. Beralih ke topik tentang plagiarisme. Belakangan ini hukum tentang plagiarisme sudah mulai ditegakkan di dunia pendidikan. Jenis plagiarisme mulai dari plagiarisme ringan sampai berat, dibahas dan disosialisasikan di berbagai institusi. Di satu sisi, publikasi di masa mendatang akan semakin baik karena orisinil dari pemikiran para penulis, namun di sisi lain sebagian penulis menjadi mandul karya karena terlalu berhati-hati, takut plagiat. Sepertinya belum ada pembekalan khusus mengenai cara penulisan karya ilmiah untuk menghindari plagiarisme, contoh: bagaimana memparafrase tulisan seperti halnya tips trik di toefl. Topik ini cocok untuk dijadikan buku, selain untuk membekali diri sendiri juga bermanfaat untuk masyarakat luas. Semoga kelak dapat Saya wujudkan. Aamiin.

Tiga hal di atas menjadi highlight dari diskusi tadi malam. Bumbu ceritanya sih banyak, namun tiga hal di atas sengaja Saya tulis agar dapat Saya baca dan ingat kembali di masa mendatang.

Sayur Asem Ala Bibi

Beberapa kali masak sayur asem rasanya masih belum pas. Akhirnya kemarin Saya berhasil memasak sayur asem dengan rasa yang diinginkan, berikutnya bisa diasah lagi untuk menu ini agar lebih sedap. Seperti biasa, resepnya dari Bibi, asisten rumah tangga mama. Resepnya dari mama juga, karena Bibi sudah lama ikut mama.

  1. Rebus air, lengkuas digeprek, dan daun salam.
  2. Setelah harum, masukkan sayur mayurnya. Dahulukan yang lama lunaknya.
  3. Setelah setengah matang, masukkan bumbu halus (kemiri, kacang tanah, bawang merah, bawang putih, cabe keriting).
  4. Setelah hampir matang masukkan air asam jawa.
  5. Tambahkan gula dan garam secukupnya.