Mohon maaf apabila tulisan Saya kali ini memuat gambar-gambar yang tidak enak dipandang, namun tujuan Saya adalah berbagi informasi atas apa yang Saya alami periode Juli 2015-Januari 2016. Saya tidak menganggap ini sebagai kekurangan Saya atau bahkan aib, namun rangkaian kejadian ini seperti halnya sebuah puzzle yang apabila tanpa diiringi keimanan kepada yang Maha Kuasa akan terasa sangat berat terutama bagi Saya sebagai seorang wanita.
Bagi pasangan yang sudah menikah, kehadiran anak tentu dinantikan walau ini bukan satu-satunya tujuan dari pernikahan itu sendiri. Di satu tahun usia pernikahan, Saya masih berdua dengan Suami. Dalam periode ini, Saya telah dua kali mengalami gejala mirip kehamilan, terutama diindikasi dengan telat datang bulan padahal siklus Saya termasuk yang teratur. Dokter menyatakan kondisi rahim Saya baik, tidak terdeteksi ada penyakit dll namun yang menyebabkan Saya telat haid memang cukup membingungkan karena tidak ada sel telur di rahim padahal dinding rahim sudah menebal. Hampir setiap dokter kandungan tidak menyarankan mengikuti program hamil sebelum usia pernikahan satu tahun. Sebulan setelah ulang tahun pernikahan, belum sempat mengunjungi dokter kandungan lagi, Saya lebih dahulu menjalani pengobatan tradisional di Palembang (mudik lebaran). Saya diurut oleh yang dipercaya oleh masyarakat di sana mengerti posisi rahim. Karena ini saran dari keluarga, maka Saya ikuti dengan niat sebagai ikhtiar. Sama dengan dokter, Ibu tersebut menyatakan kondisi rahim Saya baik, perbanyak berdoa dan menunggu ketetapan Allah.
Sepulangnya dari Palembang, Saya mengalami kejadian aneh. Lepas solat Dhuha, tiba-tiba tangan Saya dilanda rasa gatal luar biasa hingga menampakkan bentol berpulau seperti foto berikut:
Saya diberi obat alergi oleh Suami, walaupun rasanya Saya tidak punya reaksi alergi kulit. Beberapa waktu saja hingga akhirnya gatal dan bentol tersebut hilang.
Selang beberapa Minggu dari kejadian gatal tersebut Saya merasakan badan tidak nyaman, diiringi suhu tubuh meningkat dan bertahan cukup lama. Setelah curiga dan kebetulan masih menyimpan test pack, Saya pun melakukan uji urin yang kemudian memperlihatkan hasil dua garis merah pertanda positif hamil. Hari demi hari Saya lalui dengan sangat antusias dan lebih menjaga diri, apalagi hasil usg berupa kantung kecil yang saat itu menghuni rahim Saya. Kantung ini berkembang walau terbilang agak lambat dan terlihat seperti ada yang bergerak di dalam kantung.
Dua Minggu berselang, Saya mengalami flek. Jumlah flek hanya sedikit namun terus menerus sehingga membuat Saya cukup khawatir. Hari ketiga flek, saat itu di daerah rumah Saya sedang padam listrik, Saya mendapati sesuatu keluar dari jalur lahir ketika sedang buang air kecil. Saya sorot menggunakan senter, bentuknya yang tak biasa dan mirip seperti jaringan tak ayal membuat Saya menjerit dan menangis. Ngeri membayangkan bahwa jaringan itu adalah calon janin Saya. Ada tali hitam yang menyerupai tali plasenta bayi, dan dua bulatan hitam sisi kiri dan kanan yang menyerupai mata.
?????????????
Suami menghibur dan menepis semua dugaan buruk Saya atas kehamilan Saya sehingga hari-hari ke depannya Saya tetap menganggap bahwa Saya masih bisa mempertahankan kehamilan Saya selama bedrest dan berpikiran positif. Namun dengan kehendak Allah jualah, hari-hari berikutnya flek justru bertambah banyak hingga akhirnya setelah rasa mulas yang luar biasa, ada kantung berisi cairan keluar bersama jaringan lainnya dan darah segar (tidak Saya posting karena terlalu mengerikan). Saya keguguran.
Bulan demi bulan Kami lalui seperti sedia kala. Kami sibuk bekerja dan menuntaskan studi S3 Kami. 3-4 bulan setelah keguguran memang sebaiknya rahim diistirahatkan agar benar-benar pulih dan siap program hamil kembali. Sedianya bulan lalu adalah waktu yang pas untuk mulai merencanakan kehamilan kembali. Hingga Saya digiring pada kejadian berikutnya. Saya diserang kutu kucing berjumlah sangat banyak ketika sedang mengontrol rumah di gerlong yang sudah sebulan tidak dihuni sejak adik ipar Saya lulus S2 dan kembali ke Padang.
Titik merah di tangan ini tidak sebarapa dibandingkan di bagian perut dan punggung yang lebih banyak dan rapat. Dugaan awal dokter, Saya terkena skabies, atau tungau yang biasa ada di tempat yang tidak higienis. Kengerian Saya adalah membayangkan tungau tersebut berkembang biak di bawah kulit Saya dan menggigiti badan Saya. Saya menyaksikan dengan mata kepala Saya sendiri, sejumlah makhluk kecil keluar dari bawah kulit Saya menuju pori-pori kulit dan akhirnya keluar berwarna merah dan hitam. Subhanallah, Saya teringat kisah Nabi Ayub dengan penyakit kulitnya dan kemudian menyabarkan diri sendiri karena meneladani kisahnya. Saya kumpulkan satu demi satu yang bisa terambil.
?????????????
Sampai akhirnya Saya bertemu dokter spesialis kulit yang dengan yakin menyatakan bahwa Saya diserang kutu kucing dalam jumlah banyak. Berita baiknya, kutu tersebut tidak hidup lama di tubuh manusia, ia hidup dan berkembang di bulu kucing atau anjing. Artinya, kutu-kutu tersebut akan mati dengan sendirinya dan menyisakan banyak luka di tubuh Saya apabila digaruk. Dokter memberi Saya resep salep Diprogenta Betamethasone dipropionate Gentamicin sulfate untuk dioles pada bagian yang digigit dan obat anti gatal yang diminum agar Saya tidak menggaruk. Alhamdulillah, beberapa hari kemudian sudah tidak gatal lagi. Saya juga menemukan kutu-kutu tersebut telah mati bahkan ada yang nyangkut di kulit seperti halnya komedo. Ya, Saya mandi saja bersih-bersih, sambil menunggu kulit Saya beregenerasi dan membuang kutu-kutu tersebut.
Berangkat dari kejadian tersebut, akhirnya Saya memberanikan diri dan didukung Suami untuk melakukan pemeriksaan TORCH. Biaya yang mahal dan pengobatan yang lama apabila terdeteksi positif membuat Saya selalu mengabaikan hal ini. Memang sebaikanya tes ini dilakukan sebelum menikah sehingga ketika terjadi kehamilan, akan menghasilkan keturunan yang sehat. Insyaallah. Alhamdulillah Allah memberi Kami cukup rezeki, hingga pada saat tes ini benar-benar diperlukan, tidak terlalu menjadi masalah untuk Kami.
Saya menjalani tes darah pagi harinya di Prodia di Poliklinik ITB. Sore harinya orang lab sudah menelepon Saya mengabari hasilnya. Benar saja, Saya terdeteksi sedang terinfeksi toksoplasma. Hal ini dinyatakan dengan hasil positif di IGM Toksoplasma Saya. Dengan bahasa awam, IGM artinya keadaan saat ini. Sedangkan IGG adalah keadaan masa lampau, atau pernah terinfeksi.
Pada umumnya kebanyakan manusia ber-IGG positif, pernah terserang parasit TORCH sehingga tubuh membentuk imun untuk melawannya. Namun jumlah yang tinggi juga harus diwaspadai dan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Pada orang dewasa, TORCH tidak menimbulkan gejala yang disadari. Namun, infeksi yang parah dapat menyerang mata dan otak. TORCH sangat berbahaya bagi ibu hamil, sehingga parasit ini mutlak harus ditangani. Pada sejumlah kehamilan akan menyebabkan keguguran seperti yang Saya alami, sebagian lagi kehamilan dapat tetap berlangsung namun dengan keadaan bayi membawa toksoplasma. Silahkan cari digoogle apa saja dampaknya bagi bayi. Namun demikian, Saya tetap bersyukur karena hasil tes Rubela dan CMV menunjukkan hasil yang negatif.
Ya, tokso tidak menular kepada pasangan, melainkan pada janin yang dikandung. Dengan demikian, mulailah Saya menjalani serangkaian pengobatan sebagai ikhtiar untuk sembuh dan bersih dari parasit ini. Saya mengunjungi obgyn di RS. Borromeus karena ada riwayat keguguran dan lokasi RS dekat residensi S3. Dokter Amilia Shiddiq memberi Saya resep antibiotik Spyramicin 250 mg yang diminum tiga kali sehari selama dua minggu.
Obat ini dengan Saya minum dengan patuh hingga habis. Berikutnya dokter memberi Saya vitamin Asthin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Saya pun mulai berolahraga untuk meningkatkan imun tubuh. Kadang Saya ajak bicara tubuh Saya, memberi sugesti positif agar tubuh Saya melawan parasit ini serta tak lupa berdoa pada Allah yang Maha Kuasa memohon kesembuhan. Awal bulan depan Saya dijadwalkan untuk menjalani tes darah kembali, khusus IGG dan IGM tokoplasma. Semoga hasilnya sesuai harapan. Aamiin.
Demikianlah Allah membuat skenario atas hidup Saya. Bukan tanpa hikmah Saya terkena tragedi serangan kutu kucing. Seolah Saya diberitahukan bahwa ada sesuatu di tubuh Saya yang harus diobati. Saat ini Saya pun hanya memikirkan tubuh Saya dan kembali fokus pada penyelesaian disertasi. Tak terbayang kalau harus bercabang pikiran memikirkan studi yang menjelang deadline sekaligus menjalani hari-hari kehamilan yang juga butuh perhatian lebih. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Insyaallah akan indah pada waktunya.