Telat

Berawal dari Suami ngambek karena Saya ga mau ikut diajak main ke Jakarta, “sekalian ngantar Uwa dan Datuk ke bandara kita ajak Jihan main” kata Suami, di waktu tersebut Saya mulai merasa ga enak badan sebenarnya sehingga jadi alasan untuk menolak. Tapi ya ga mempan, daripada Suami kecewa dan nyetirnya jadi ga mood, pergilah Kami seharian ngantar dan lanjut main ke dufan.

Eh, ga enak badannya berlanjut. Ini ga biasa nih, pikir Saya. Hari itu tanggal 4 tepat seharusnya Saya haid, dan biasanya jarang telat, kalau maju bisa jadi. Dua hari berselang makin curiga, saya beli testpack dan uji urin pas magrib pulang ngantor.

Alhamdulillah positif, padahal baru 2 hari telat dan tidak di pagi hari testnya tp sudah cukup jelas 2 garisnya. Saya masih mesem-mesem sendiri dan berencana merahasiakan ke semua anggota keluarga, nanti saja kalau sudah usg. Eh ternyata bada solat magrib Nenek tiba-tiba nanya apakah Saya sudah telat datang bulang? Pas… bgt baru cek. Ya tidak bisa bohonglah, jd Mama Papa yang pertama tau baru kemudian wa Suami mengabari.

Penasaran, besok paginya bangun tidir Saya cek lagi..

Hasilnya sama ya. Bismillah, Insyaallah calon adiknya Jihan sedang bertumbuh dan berkembang di rahim Saya. Ingin tau reaksi Suami, gmn waktu pertama Saya kabari? Suami tertawa kecil, baru telat sehari dah ngecek hehe… ya gtlah Saya, maksudnya kalau sedari dini sudah tau, Saya bisa lebih menjaga diri dan asupan makanan. Semoga Allah mudahkan segala sesuatunya. Insyaallah Jumat depan kontrol pertama kehamilan ini ke dr.Setyorini,spog. Pesen jauh-jauh hari supaya bisa ditemenin suami :).

Satu Dekade Lulus Kuliah S1 (2009-2010)

Catatan satu dekade hidup Saya (2009-2019) berikut merupakan pengingat Saya untuk semakin produktif dan bermanfaat juga agar semakin pandai bersyukur. Semoga senantiasa mendapat berkah dan rahmat Allah swt.

  • 2009: Lulus S1, masuk S2
  • 2010: Sibuk S2 – membantu prodi sebagai talent scouting
  • 2011: Lulus S2, gagal memenuhi keinginan menikah di tahun ini, masuk S3
  • 2012: Resmi jadi CDr. tepat setahun kuliah (lulus ujian kualifikasi), grafik motivasi belajar klimaks dini,  kecewa gagal daftar CPNS di almamater karena tidak ada formasi ilmu komputer, daftar CPNS di P*l*an, tidak ada pernyataan gagal namun tidak ada panggilan wawancara… berarti belum rezeki
  • 2013: Mulai pusing S3 dan cari pelarian mroyek, daftar CPNS
  • 2014: Pergi umroh, dinyatakan lulus CPNS (Alhamdulillah takdirnya memang harus kembali ke almamater), menikah, diklat prajabatan
  • 2015: Mulai ‘eling’ dengan studi, menikmati masa awal pernikahan, hamil-keguguran
  • 2016: Fokus menyelesaikan S3, sibuk serdos, dinyatakan hamil, lulus serdos (Alhamdulillah rezeki calon bayi)
  • 2017: Lulus S3, Melahirkan Jihan, fokus menjadi Ibu, produktivitas sebagai dosen drastis menurun
  • 2018: Mulai belajar jadi ketua tim peneliti hibah pengabdian pada masyarakat dengan salah satu anggota eksternal adalah peneliti luar negeri,bawa tim untuk pengabdian sekaligus jalan-jalan bareng keluarga ke Cirebon, survey rumah, beli rumah, pindah rumah.
  • 2019: Mulai tertarik dengan manajemen dokumen dan konten, submit hibah lagi untuk 2 tahun penelitian, diamanahi jadi kaprodi ilmu komputer periode 2019-2023, pergi umroh plus Turki bersama Suami, Papa dan Mama Mertua.

Semoga semakin produktif dan dapat memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi keluarga, organisasi, masyarakat, dan semakin bahagia dunia akhirat. Aamiin.

12 Ramadhan 1438 H, Soto Ambengan

Hari ini Saya tiba-tiba ingin bikin menu berbuka soto ambengan. Ya, Saya berusaha mencari menu yang berbeda setiap harinya, minimal sampai menu yang sama hanya berulang dua kali selama Ramadhan ini. Mulailah googling karena Saya belum hapal menu khas Surabaya ini karena baru sekitar 3 kali memasaknya. Berikut resep pasnya (kombinasi berbagai resep) karena menu yang Saya buat hari ini adalah yang paling enak dan pas racikannya.

1. Rebus ayam sampai empuk dan tiriskan. Air sisa rebusan akan digunakan untuk kuah soto.

2. Iris bawang putih dan tumis sampai kecokelatan, kemudian tiriskan.

3. Goreng ayam yang telah direbus, kemudian suwir-suwir. Siapkan juga potongan kentang yang digoreng serta telor rebus untuk pelengkap.

4.. Siapkan bumbu halus: bawang merah, bawang putih, dan 3 ruas jari kunyit bakar, kemudian tumis hingga harum.

5. Masukkan bumbu no.2 &3 ke kuah soto yang direbus kembali, tambahkan jahe dan lengkuas yang digeprek, sereh, dan daun jeruk yang telah dibuang tulang daunnya.

6. Tambahkan garam dan merica secukupnya, juga irisan daun bawang. 

7. Saat menyajikan, seduh soun dan taoge pendek, potongan tomat, tambahkan suwiran ayam dan potongan kentang goreng juga telur, siram dengan kuah soto, tambahkan dengan perasan jeruk nipis sesuai selera, kemudian taburkan bawang goreng.

Soto ambengan siap disantap. Hmm, Yummy… selamat memanjakan keluarga Anda dengan menu sehat ini, segar dan gurih no msg :).

6 Ramadhan 2017 – Welcome June

Hari ini tanggal merah awal Juni, Saya dan Suami tidak ke kantor padahal harusnya Saya ikut upacara hari lahirnya Pancasila. Dengan perut yang semakin besar, agenda seperti upacara Saya abaikan dulu. Alhasil di rumah hanya bermalas-malasan dan sedikit progress memeriksa ujian. Hal baik yang bertahan adalah Saya tetap memasak menu berbuka dan sahur yaitu ayam penyet dan sayur asem, juga mencuci pakaian utun kloter ketiga. Adapun cucian baju Saya sendiri belum dijemur karena jemuran penuh setelah beberapa hari hujan turun cukup awet. Well,, Welcome June, hopefuly tomorrow will be better. 

5 Ramadhan 1438 H, Jelang Masa Pensiun Papa

Dear Mama dan Papa, Kakek dan Nenek teh Andaru, teh Alya, serta utun di dalam perut.. Puluhan tahun bekerja sebagai pegawai BUMN dengan ijazah SMA memang tidak membuat Kita bergelimang harta. Tapi dari nafkah itulah kini anak-anakmu sudah memperoleh pendidikan tinggi sehingga mampu bekerja dan membina keluarga masing-masing. Alhamdulillah ada tempat tinggal untuk kita bernaung, kendaraan untuk bepergian, semuanya persis terwujud menjelang keputusan masa pensiun dari perusahaan. Bahkan, utun yang masih di perut pun tidak luput dari perhatian kakek nenek mepersiapkan kehadirannya. Aku pun meneladani tanggung jawabmu yang begitu besar pada keluarga, bukan hanya keluarga inti, tapi pada keluarga besar yang memang sangat mengandalkanmu. Peran Mama sebagai istri begitu besar dalam mendampingi Papa, mengatur bahkan dengan berbagai kreatifitas membantu ekonomi keluarga. Aku yang memilih jalan berbeda menjadi istri dan calon ibu yang bekerja di luar rumah, sangat terinspirasi dan menghormati setiap kaum ibu yang full bekerja di rumah mengurus rumah tangga sepertimu. Prestasi masa sekolahmu tak lantas hilang begitu saja, ada nilai-nilai yang begitu besar mendarah daging pada baktimu dan wujud ibadahmu pada Allah sebagai istri dan ibu yang terbaik. Kini, doakan selalu agar Kami tergolong yang soleh-solehah, investasi dunia akhirat Mama Papa. Ketahuilah bahwa kebahagiaan Mama Papa menjadi sumbu semangat dalam Kami bekerja dan berkarya, terus doakan Kami. 

2 Ramadhan 1438 H – Doa Berbuka Puasa, Asmaul Husna, dan Modul MPPL

Tadi malam saat taraweh, Saya melihat ada tulisan doa berbuka puasa di papan tulis Masjid. Doa ini masih asing buat Saya, dibaca setelah membatalkan puasa sedangkan biasanya doa sebelum berbuka puasa. Doa ini juga dishare di jejaring sosial dan termasuk hadits yang shahih, berikut doanya:

 

 

Hari ini Saya juga melakukan Muraja’ah hapalan Asmaul Husna dan Surat At-Tin. Muraja’ah merupakan salah satu tahap penting yang waktunya perlu dialokasikan khusus untuk menguatkan hapalan kita. Berikut tips menghapal Al-Quran yang Saya kutip dari video tips menghapal Al-Quran dari Ustad Adi Hidayat, Lc., MA. Alokasi waktu kita untuk:

  1. Al-hifzh (menghapal)
  2. Muraja’ah (mengulang)
  3. Mudzakarah (mengingat)

Asmaul husna dan beberapa surat pendek seperti Ad-Dhuha dan At-Tin sudah pernah Saya hapal, berarti saatnya masuk ke tahap Muraja’ah dan Mudzakarah. Untuk Surat Al-Alaq, masuk tahap Al-hifzh berikutnya. PR hapalan juz 30 Saya masih banyak.. semoga bisa istiqomah menghapalnya, sehingga Ramadhan ini betul-betul memberikan kemajuan besar bagi diri Saya pribadi. Saya ingin anak Saya lebih baik dari pada Saya maupun Suami Saya dalam menjaga Al-Quran di hati dan perbuatannya, bahkan menjadi Hafidz jika Allah perkenankan. Setidaknya cara ini merupakan salah satu ikhtiar Saya untuk memberi teladan baginya kelak. Bismillah, mudahkan Ya Allah.